Kamis, 24 November 2011

Gelembung Informasi yang Menyesatkan

A Squirrel dying in front of your house may be more relevant to your interests right now then people dying in Africa (Mark Zuckerberg, pendiri facebook). Ungkapan Mark Zuckerberg bisa jadi sangat relevan dengan peran internet dalam kehidupan manusia saat ini. Pada mulanya kita berharapbanyak pada internet karena meyediakan keterbukaan informasi, pengetahuan, jaringan yang luas, dan kebebasan berpendapat.  

OLEH YUDO ANGGORO 

      Internet juga bisa dianggap sebagai alat yang ampuh bagi perkembangan demokrasi dan keterbukaan masyarakat. Sebagai contoh, revolusi di Mesir dan Tunisiapada awal tahun ini bermula dari informasi yang beredar cepat melalui facebook dan twitter. Kemenangan Obama pada tahun 2008 lalu juga tak lepas dari kepopulerannya di jejaring sosial. Namun, benarkah kita mendapatkan kita mendapatkan informasi yang bermanfaat melalui internet? Bagaimana jika internet ternyata justru menyembunyikan informasi yang benar-benar kita butuhkan? Fenomena inilah yang disebut buku ini sebagai the filter bubble.
 
Personalisasi Pengguna 
      The filter bubble adalah sebuah sistem didunia maya yang menyaring informasi berdasar siapa kita dan apa yang kita sukai. Algoritma ini akan memberikan informasiyang berbeda yang sesuai dengan minatnya masing-masing. Sistem ini tidak terlihat, tetapi semakin kita terlibat di dalamnya, akan semakin sulit bagi kita utuk keluar. Disebut sebagai gelembung informasi karena sistem ini membuat kita bagaikan terperangkap dalam sebuah gelembung besar yang mengurung kita dengan informasi yang telah di desain khusus untuk kita. Informasi yang kita inginkan, bukan yang kita butuhkan. Jadi, jangan heran jika seorang vegetarian akan mendapatkan hasil pencarian yang sama sekali berbeda dengan seorang penggemar makanan cepat saji ketika sama-sama mengetikkan kata, misalnya restoran, di Google. Atau, dari sekian orang banyak orang di daftar teman facebook, kita hanya akan mendapati update dari teman yang “itu-itu saja” di newsfeed facebook! The filter bubble akan membuang informasi yang menurut dia tidak penting bagi kita dan hanya akan menampilkan informasi yang dianggapnya relevan. Bagaimana kecerdasan artifisial ini bekerja? Google menggunakan 57 sinyal yang pengguna pancarkan ketika berselancar didunia maya, mulai dari komputer yang digunakan, jenis browser yag dipakai, lokasi pengguna, hingga situs-situs yang sering dikunjungi. Semua sinyal ini digunakan untuk memperkirakan siapa pengguna, apa minatnya, hingga memprediksi informasi apa yang relevan bagi mereka. Google telah menerapkan sistem ini sejak 4 Desember 2009, tetapi tidak banyak oang yang menyadarinya. Dengan adanya sistem yang memersonalisasikan pengguna ini, tidak ada lagi standar google yang memberikan hasil pencarian yang sama, siapapun penggunanya dan dimanapun ia berada. Bahkan, Eric Schmidt , salah seorang petinggi google mengungkapkan, masa depan internet adalah tentang personalisasi pengguna, the filter bubble dciptkan. Bukan hanya google dan facebook yang menerapkan sistem personalisasi ini. Situs-situs berita terkemuka, seperti Yahoo!News, The NewYork Times, Washington Post, dan Huffington Post, juga telah menerapkan sistem ini. Bahkan, situs video streamig Netflix juga demikian. Seorang penggemar Spiderman, misalnya akan mendapat informasi mengenai video Spiderman terbaru di Netflix lebih cepat dibandingkan dengan informasi menenai video Spiderman! 

Hilangnya Obyektivitas 
      Apakah bahaya fenomena ini? Bab 8(hal 218) dari buku ini memberikan peringatan bagi kita. Kita akan menjadi subyektif dalam menilai sesuatu karena kita hanya akan diberi informasi dari satu sisi-sisi yang kita suka- tanpa mengetahui kebenaran di sisi yang lain. Kita bagaikan sesosok robot yang berpikir dan berperasaan, kita berhak mendapatkan informasi yang seimbang didunia maya, bukan sekedar informasi yang telah ditentukan oleh sebuah algoritma. Kita lebih berhak menentukan informasi mana yang kita butuhkan dan informasi mana yang sebaiknya kita buang. Sebagai bagian dari masyarakat yang mengedapankan nilai-nilai demokrasi dan keterbukaan, arus informasi yang kita peroleh akan terhambat. Sebagai akibatnya, kita akan kehilangan rasa kebersamaan dalam sebuah masyarakat, masing-masing kita akan semakin terperangkap dalam sebuah gelembung besar informasi. Kita akan semakin menjadi manusia yang individualis dan terasing dari masyarakat. Bahaya lain adalah bagaimana mungkin kita akan merasa aman jika kita tahu bahwa ada sebuah sistem yang mampu menebak pikiran dan perilaku kita dengan tepat? Mau tidak mau gelembung informasi ini kembali memunculkan isu pelanggaran privasi didunia maya. Buku ini menarik karena mengingatkan kita akan pentingnya hak mendapatkan informasi yang seimbang. Contoh-contoh yang diberikan pun cukup dekat dengan kehidupan kita sehari-hari yang semakin tak bisa lepas dari penggunaan internet. Kritik utama dari buku ini adalah pada kurangnya riset yang dilakukan untuk mengukur seberapa besar bahaya gelembung informasi ini bagi kehidupan manusia. Selain itu, ada kesan bahwa pesan utama buku ini diulang di beberapa bagian, mungkin untuk sekedar menegaskan kembali bahaya the filter bubble. 

1. Data Publikasi 
  1. Judul : Gelembung Informasi yang Menyesatkan 
  2. Penulis : Yudo Anggoro 
  3. Penerbit : koran Kompas 
  4. No./tanggal/website : Minggu, 23 Oktober 2011 
  5. No.Halaman : 19
  6. Tema : Teknologi 
2.  Sinopsis / Ringkasan 
  •       Internet juga di anggap sebagai alat yang ampuh bagi perkembangan demokrasi dan keterbukaan masyarakat. Namun, benarkah kita mendapatkan informasi yang bermanfaat melalui internet? Bagaimana jika internet ternyata menyembunyikan informasi yang benar-benar kita butuhkan? Fenomena inilah yang disebut buku ini sebagai the filter bubble. The filter bubble adalah sebuah sistem didunia maya yang menyaring informasi berdasarkan siapa kita dan apa yang kita sukai. Sistem ini tidak terlihat, tetapi semakin kita terlibat di dalamnya, akan sulit bagi kita untuk keluar. Disebut sebagai gelembung informasi karena sistem ini membuat kita bagaikan terperangkap dalam sebuah gelombang besar yang mengurung kita dengan informasi yang telah didesain khusus untuk kita. Informasi yang kita inginkan, buka yang kita butuhkan. 
 3. Keunggulan 

       Artikel tentang teknoogi menambah pengetahuan baru bagi para pembaca bagaimana sistem dari the filter bubble. Dalam artikel ini juga di informasikan agar kita jangan sampai terkena gelembung informasi yang menyesatkan yang menyebabkan kita akan kehilangan rasa kebersamaan dalam sebuah masyarakat. Artikel ini menarik karena mengingatkan kita akan pentingnya hak mendapat informasi yang seimbang. Contoh yang diberikan pun cukup dekat dengan kehidupan kita sehari-hari yang tidak bisa lepas dari internet. 

4. Kelemahan

       Dalam artikel ini tidak ada kelemahan yang cukup berarti, hanya saja dalam artikel ini banyak yang diantaranya menggunakan kata-kata asing, yang mungkin juga akan membingungkan para pembaca untuk memahaminya. 

5. Pendapat Akhir 

      Artikel ini cukup menarik dan bagus untuk menambah pengetahuan para pembaca. Sebagai makhluk yang berpikir dan berperasaan, kita berhak untuk mendapatkan informasi yang seimbang di dunia maya, bukan sekadar informasi yang sudah ditentukan. algoritmanya. Kita akan menjadi subyektif dalam menilai sesuatu karena kita hanya akan diberi informasi dari satu sisi-sisi yang kita suka tanpa mengetahui kebenaran di sisi lain.