Membuat Laporan Buku
A.
Pendahuluan
Novel yang penulis pilih berjudul Wo AI Ni ALLAH
karya Vanny Chrisma W. Novel ini dipilih karena menceritakan tentang bagaimana
rasanya hidup dalam kehampaan jiwa, spiritual, sekaligus sosial. Melalui
pergulatan panjang, pencarian melelahkan, hingga perdebatan sengit tentang
eksistensi dan orientasi hidup setiap manusia di bumi ini. Pada novel ini
menorehkan kisah yang sangat mengharukan, mendebarkan, dan menggugah kesadaran
spiritual kita sebagai makhluk yang lemah, dhaif, dan karenanya sangat
membutuhkan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah hidupnya. Ada banyak dialog
dan adegan menggetirkan yang mungkin terlintas dalam benak kita masing-masing,
sekalipun hal tersebut sangat identik dengan perilaku keseharian religius kita.
Sebuah novel inspiratif yang akan memberikan warna tersendiri bagi perjuangan
peneguhan iman di hati setiap manusia, bahkan dikala kita telah merasa sebagai
muslim-muslimah yang kaffah (sempurna).
B.
Isi Buku / Ringkasan
Seorang pria cina bernama Tan Tio berusia sekitar 45
tahun, bersama gadis kecilnya yang bernama Amei Chan adalah cerminan kerinduan
spiritual yang tak terperikan dikalangan atheis yang tak tahu mau kemanakah
jalan hidupnya.
Pada suatu ketika Tan Tio pergi ke sebuah mesjid
bersama dengan anaknya yang setia selalu ikut kemana ayahnya pergi. Di mesjid
itu, Tan Tio bertemu dan bertanya pada ustadz Ibnu, “Apakah anda pernah melihat
Tuhan? Apakah anda pernah menyentuh Tuhan atau mendengar suara-Nya? Kalau anda
tidak pernah melihat, mendengar suara-Nya dan meraba Dzat-Nya, lalu dari mana
anda bisa membuktikan keberadaan-Nya?”
“Dia tidak bisa dicapai oleh penglihatan, Dia tidak
sama dengan apapun. Dia maha mendengar lagi maha melihat”. Ucap ustadz Ibnu.
Namun mendengar tuan Tan Tio yang terus menerus bertanya yang menurutnya tidak
masuk akal, membuatnya menjadi kesal dan menganggap Tan Tio adalah lelaki gila.
Sampai si ahli agama itu berpendapat bahwa lelaki itu sedang dalam proses
pencarian jati diri yang baru, setelah dia tak sekalipun peduli dengan
pertanyaan – pertanyaan spiritualnya. Tan Tio tersinggung dengan ucapan Ustad
Ibnu yang mengatakan dia gila, dia pergi dari mesjid itu bersama dengan Amei
Chan.
Tan Tio menangis karena masih belum mantap
mempercayai Tuhan. Lalu Tuan Tan Tio mendatangi wihara untuk menanyakan hal
yang sama kepada biksu. Biksu itu menjawab “Tuhan itu adalah sebuah sistem atau
hukum yang mengatur alam semesta, kita yang menentukan nasib dan karma masing –
masing, kau akan menjadi pribadi yang utuh dengan sifat dan semangat
Avalokitesvara Bodhisativa. Kau akan memiliki sifat welas asih dan saling
membantu tanpa membenci satu sama lain. Mendengar pernyataan tersebut, Tuan Tan
Tio malah meracau dan marah besar pada biksu tersebut, karena dulu Tan Tio
adalah seorang penjudi, perampok, komplotan bandar narkoba, dan ketua preman di
kampung. Dia tidak ingin mendapat karma dalam hidupnya seperti yang Sang Buddha
katakan.
Mengetahui suaminya melakukan pencarian tersebut, istrinya
marah besar dan berpendapat bahwa suaminya kini mengidap skizofrenia. Istrinya
Tan Tio pun adalah seorang atheis juga. Mereka sudah menjadi atheis sejak
berpuluh – puluh tahun yang lalu. Bahkan saat di Cina pun mereka tak pernah
menyembah apapun. Istrinya tidak mau kegilaan dalam melakukan pencarian
tersebut menular pada anaknya. Tapi dengan tegas Tan Tio mengatakan bahwa dia
tidak gila dan hanya Amei yang percaya pada hal itu.
Keesokan harinya, saat istrinya sedang pergi kerja,
Tan Tio bersama anaknya mendatangi rumah seorang penganut agama nasrani bernama
Fransiscus Sihombing. Fransiscus sudah menduga bahwa langganannya akan datang
tiap malam dan menyakan hal yang sama dan menyadari bahwa lelaki tersebut sudah
tidak waras akalnya, namun dia tetap melayaninya dengan senang hati. “Apa yang
akan kau lakukan jika menjadi umat Islam?apakah kau percaya bahwa Tuhan itu
hanya berbentuk Dzat dan tidak pernah diketahui keberadaan-Nya? Lalu, kenapa
Ka’Bah itu pusat dimana rumah Tuhan itu berada?”, Fransiscus kaget dengan
pertanyaan yang berbeda dari hari sebelumnya. Mereka sangat membenci berhala
dan menganggap tuhan ada dimana-mana, Tuhan mereka berbeda, aku sangat ingin
mendalaminya. Tapi ahli agama di mesjid itu membuat aku seperti orang bodoh
saja.
Fransiscus tertegun mendengar pertanyaan Tan Tio,
kemudian menjawab “Saya tak pernah menjadi umat Muhammad, karena umat Islam
menganggap kita kafir seolah-olah kita penjahat, padahal umat Nasrani sangat
peduli dengan yang namanya cinta kasih. Jika saya menjadi umat islam, saya akan
menghormati agama lain dan tidak memaksakan kehendak dengan mengancam dan
teror”. Kemudian Tan Tio bertanya lagi kepada Fransiscus “Fran, Tuhan ada
dimana?” Fransiscus terkulai lemah mendengar pertanyaan Tan Tio dan menganggap
Tan Tio benar-benar orang gila. “Sembahlah Tuhan Yesus, Tuan Tan, dia penuh
dengan cinta kasih” Ujar Fransiscus. Tan Tio terdiam sejenak, badannya mulai
berkeringat dan segera permisi untuk pulang.
Di tengah perjalanan, Tan Tio bersama Amei berdiri
di depan Mesjid Al-Akbar yang sering disinggahinya. Beberapa orang keluar dari
mesjid itu dan saling bergerombol untuk melihat dari aksi lelaki yang menurut
mereka sudah tidak waras lagi. Mereka aling senang mendengar perbincangan antar
Ustadz Rohim dengan lelaki tua itu. Ustadz Rohim datang dan menghampiri Tan
Tio, dia tersenyum ramah dan mempersilakan lelaki itu masuk ke dalam masjid.
Ustadz Rohim segera minta maaf atas perlakuan temannya tempo hari jika
jawabannya tidak membuat Tuan Tan Tio mantap dan mengerti akan keberadaan
Tuhan.
Ustadz
Rohim menjelaskan bahwa Tan Tio terlalu berpikir tentang logika, segala sesuatu
jika dipikir dengan logika, yang tentunya otak itu Tuhan yang menciptakan
sendiri, maka kita sebagai makhluk ciptaan-Nya tak mungkin dapat menjangkau
semua. Tan Tio meninggalkan masjid tanpa berpamitan , dan langsung menarik
tangan gadis kecilnya. Hingga pada suatu malam menuju perjalanan pulang, Tan
Tio dibunuh ole A Liong, dia adalah ayah kandung Amei. Tragedi pembunuhan itu
disaksikan oleh anaknya sendiri Amei, sehingga membuat dia depresi
berat.sebelum meninggal ayahnya berpesan untuk melanjutkan mencari Tuhan.
Dengan
keadaan Amei yang seperti itu dan keinginannya untuk terus menemukan Tuhan,
Nyonya Tan menjadi marah besar. Dia sengaja meninggalkan Amei di pinggir jalan
dan ditinggalkannya gadis kecil itu sendirian, hingga ada seorang mahasiswa
yang sedang melakukan penelitian melihatnya dengan iba dan diajaknya dia
pulang, dan dirawatnya Amei hingga menjadi gadis pintar dan dewasa dan menjadi
seorang gadis muslim.
C.
Komentar Penulis
Wo Ai Ni ALLAH merupakan novel yang bagus, kuat,
berkarakter inspiratif, dan bisa untuk dibaca oleh kalangan siapapun. Sebuah
novel yang penuh tantangan, tentangan, dan keteladanan dalam meyakini
keberadaan dan kebenaran Allah SWT.
D.
Kesimpulan
Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, harus meyakini
adanya Tuhan, karena dengan begitu kita adalah makhluk Tuhan yang beriman.
Kisah dalam novel ini menceritakan bahwa keberadaan Allah tidak bisa diukur
dengan logika. Kita harus mempercayainya dengan segala apa yang Allah ciptakan
di muka bumi ini